Profil Desa Ujungbarang
Ketahui informasi secara rinci Desa Ujungbarang mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Ujungbarang, Majenang, Cilacap. Desa tertinggi di `atap` Majenang yang berada di perbatasan tiga kabupaten. Memiliki potensi wisata alam spektakuler seperti Puncak Datar dan Curug Gobog, dengan ekonomi berbasis perkebunan cengkih dan kopi.
-
Destinasi Wisata Unggulan
Ujungbarang menjadi pusat perhatian berkat keindahan alam Puncak Datar yang menawarkan pemandangan panorama dan kemegahan Curug Gobog.
-
Lokasi Unik di Tiga Perbatasan
Berada di titik paling utara Majenang, desa ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Brebes dan Banyumas, memberikannya posisi geografis yang khas.
-
Ekonomi Ketinggian dan Tantangan Infrastruktur
Perekonomian ditopang oleh perkebunan cengkih dan kopi, sementara pembangunan desa berfokus untuk mengatasi tantangan aksesibilitas dan risiko bencana di medan yang terjal.

Di titik paling utara Kecamatan Majenang, di mana batas wilayah Kabupaten Cilacap bertemu dengan Kabupaten Brebes dan Banyumas, tersembunyi sebuah desa yang menjadi `atap` bagi kawasan sekitarnya. Inilah Desa Ujungbarang, sebuah permata di ketinggian yang dianugerahi panorama alam spektakuler, dari kemegahan Curug Gobog hingga bentangan cakrawala di Puncak Datar. Dengan potensi wisata yang terus bersinar dan ditopang oleh ekonomi perkebunan yang tangguh, Ujungbarang tengah meniti jalan untuk mengubah keterpencilan geografisnya menjadi kekuatan utama.
Nama "Ujungbarang" secara harfiah merefleksikan posisinya. "Ujung" berarti akhir atau puncak dan "Barang" dapat diartikan sebagai tempat atau wilayah. Desa ini memang merupakan beranda terdepan dan tertinggi di Kecamatan Majenang. Lokasinya yang unik, berada di titik temu tiga kabupaten, memberikan karakter tersendiri bagi desa ini, baik dari sisi sosial budaya maupun posisi strategisnya. Secara administratif, desa ini berbatasan langsung dengan hutan negara dan wilayah Kabupaten Brebes di utara, serta dengan Desa Sadahayu dan Cilopadang di sisi lainnya.
Kehidupan di Ujungbarang adalah sebuah simfoni tentang harmoni dengan alam dataran tinggi. Udaranya yang sejuk, lanskapnya yang dramatis, serta keramahan warganya menjadi modal sosial dan alam yang tak ternilai. Namun di balik keindahannya, desa ini juga menghadapi tantangan nyata terkait aksesibilitas dan risiko kebencanaan, sebuah realitas yang dihadapi dengan semangat gotong royong dan resiliensi yang kuat.
Puncak Datar dan Curug Gobog: Magnet Wisata Alam yang Sedang Bersinar
Daya tarik utama yang membuat nama Ujungbarang semakin dikenal luas ialah potensi wisata alamnya yang luar biasa. Dua destinasi utama, Puncak Datar dan Curug Gobog, telah menjadi magnet bagi para wisatawan lokal, pencinta alam, dan pemburu fotografi.
Puncak Datar, sesuai namanya, merupakan sebuah area punggungan bukit yang relatif datar di ketinggian. Lokasi ini berfungsi sebagai dek observasi alami terbaik di Majenang. Dari titik ini, pengunjung dapat menyaksikan pemandangan 360 derajat yang menakjubkan. Hamparan perbukitan hijau, lembah-lembah yang dalam, serta gugusan pegunungan di kejauhan, termasuk Gunung Slamet saat cuaca cerah, tersaji dengan begitu megah. Puncak Datar telah menjadi lokasi favorit untuk berkemah, menikmati matahari terbit dan terbenam, serta sekadar melepaskan penat sambil menghirup udara pegunungan yang murni.
Tidak jauh dari sana, tersembunyi keajaiban lain, yaitu Curug Gobog. Air terjun ini merupakan salah satu yang tertinggi dan paling dramatis di wilayah Cilacap bagian barat. Airnya yang deras terjun bebas dari bibir tebing batu yang masif, menciptakan suara gemuruh yang menenangkan dan embun air yang menyejukkan. Perjalanan menuju curug ini sendiri merupakan sebuah petualangan, menuruni jalan setapak yang cukup menantang di antara rimbunnya pepohonan. Namun, semua lelah terbayar lunas saat tiba di hadapan kemegahan Curug Gobog.
Pengembangan kedua potensi wisata ini dipelopori oleh inisiatif masyarakat lokal yang tergabung dalam Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis). Dengan semangat swadaya, mereka membuka akses jalan, membangun fasilitas sederhana seperti saung dan area parkir, serta aktif mempromosikan keindahan desa mereka melalui media sosial.
"Dulu tempat ini hanya hutan dan kebun. Sekarang, alhamdulillah, setiap akhir pekan selalu ada yang datang berkunjung," tutur salah seorang anggota Pokdarwis. "Harapan kami, pariwisata ini bisa menjadi sumber pendapatan baru bagi warga, sehingga anak-anak muda tidak perlu pergi jauh untuk mencari kerja."
Ekonomi Ketinggian: Cengkih, Kopi, dan Asa Agrowisata
Perekonomian tradisional masyarakat Desa Ujungbarang bertumpu pada sektor perkebunan dataran tinggi. Tanah yang subur dan iklim yang sejuk sangat ideal untuk budidaya komoditas bernilai ekonomi tinggi. Cengkih dan kopi merupakan dua komoditas andalan yang menjadi tulang punggung ekonomi bagi sebagian besar keluarga.
Saat musim panen cengkih tiba, aroma khas rempah ini akan tercium di seluruh penjuru desa. Para petani memetik dan menjemur cengkih di halaman-halaman rumah sebelum menjualnya ke pasar. Sementara itu, perkebunan kopi, terutama jenis robusta, juga tersebar di lereng-lereng perbukitan. Kopi dari Ujungbarang mulai dikenal memiliki cita rasa khas dataran tinggi, sebuah potensi yang dapat dikembangkan lebih lanjut.
Seiring dengan berkembangnya pariwisata, muncul sebuah gagasan cerdas untuk menyinergikan kedua sektor ini, yaitu melalui agrowisata. Konsep ini memungkinkan wisatawan tidak hanya menikmati pemandangan alam, tetapi juga mendapatkan pengalaman edukatif. Pengunjung dapat diajak untuk melihat langsung kebun cengkih dan kopi, belajar tentang proses budidaya, bahkan ikut serta dalam proses panen dan pengolahan sederhana. Menikmati secangkir kopi asli Ujungbarang yang diseduh langsung di Puncak Datar merupakan sebuah pengalaman wisata yang memiliki nilai jual tinggi.
"Kami ingin wisatawan yang datang tidak hanya berfoto, tetapi juga membawa pulang cerita dan produk dari desa kami. Kopi Ujungbarang bisa menjadi oleh-oleh khas yang ikonik," ujar Kepala Desa Ujungbarang, menyuarakan visi pengembangan ekonomi terpadu.
Menaklukkan Medan: Prioritas Pembangunan Infrastruktur
Tantangan terbesar yang dihadapi Desa Ujungbarang sejak dulu ialah keterbatasan infrastruktur, terutama akses jalan. Jalan yang sempit, menanjak curam, dan rawan longsor menjadi kendala utama dalam mobilitas warga, distribusi hasil kebun, dan pengembangan pariwisata. Oleh karena itu, pembangunan infrastruktur jalan menjadi prioritas absolut bagi pemerintah desa.
Melalui Dana Desa dan bantuan dari pemerintah kabupaten, proyek-proyek peningkatan kualitas jalan terus digulirkan. Pengerasan jalan dengan rabat beton di tanjakan-tanjakan ekstrem dan pembangunan talud penahan tebing menjadi fokus utama. Setiap meter jalan yang berhasil dibangun memiliki arti yang sangat besar bagi masyarakat. Hal ini tidak hanya memangkas waktu dan biaya transportasi, tetapi juga membuka akses bagi wisatawan untuk mencapai lokasi-lokasi potensial dengan lebih aman dan nyaman.
Selain pembangunan fisik, program mitigasi bencana juga menjadi bagian integral dari perencanaan. Mengingat tingkat kerawanan longsor yang tinggi, edukasi kepada masyarakat untuk tidak membangun rumah di lokasi berbahaya dan menanam tanaman keras sebagai pengikat tanah terus dilakukan. Pembangunan infrastruktur pun harus memperhitungkan faktor keamanan dan risiko bencana.
Denyut Kehidupan Komunitas di `Atap` Majenang
Kehidupan di lokasi yang terpencil dan penuh tantangan menempa karakter masyarakat Ujungbarang menjadi komunitas yang solid dan memiliki semangat gotong royong yang tinggi. Tradisi saling membantu, baik dalam pekerjaan sehari-hari seperti saat panen, maupun dalam mengatasi kesulitan seperti memperbaiki jalan yang rusak akibat longsor, menjadi perekat sosial yang kuat.
Lembaga-lembaga kemasyarakatan seperti PKK, Karang Taruna, dan Posyandu berjalan aktif, menjadi ujung tombak dalam pelayanan dasar dan pemberdayaan masyarakat. PKK aktif dalam program kesehatan ibu dan anak, sementara Karang Taruna menjadi motor penggerak kegiatan kepemudaan dan pengembangan pariwisata melalui Pokdarwis.
Desa Ujungbarang kini berada di persimpangan jalan yang menjanjikan. Keterasingannya yang dulu menjadi kelemahan, kini bertransformasi menjadi keunggulan utama dalam wujud keindahan alam yang otentik. Dengan pengelolaan yang bijak, pengembangan pariwisata yang berkelanjutan, dan penguatan infrastruktur yang berkelanjutan, desa di `atap` Majenang ini memiliki potensi besar untuk menjadi destinasi ekowisata dan agrowisata unggulan, seraya meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya secara mandiri.